Pekan pertama September kemarin, Presiden Jokowi menghadiri launching Mobil Esemka yang sudah laik untuk dijual ke publik. Polemik berkembang, Mobil Esemka yang digadang akan menjadi Mobil Nasional saat peresmian itu disebut oleh Presiden Direktur PT Solo Manufaktur Kreasi Eddy Wirajaya bukan sebagai Mobil Nasional, tapi lebih tepatnya Mobil yang diproduksi oleh Swasta dan karya anak bangsa. Tak lama kemudian ada yang mebandingkan mobil Esemka bima yang dirilis memiliki kesamaan desain dengan Mobil China Changan, ibarat cuma rebrand. Sanggupkah mobil Esemka mengemban harapan besar publik akan cita-cita mobil nasional yang sudah sekian lama didambakan. Atau malah akan layu sebelum berkembang sebagaimana mobil mobil nasional sebelumnya ?
Tim Cakrapedia akan mengulas lebih jauh soal polemik dan dinamika mobil nasional dari masa ke masa.
TIMOR, Proyek Ambisius yang Gagal
Dikeluarkannya Inpres Nomor 2 Tahun 1996, proyek tentang mobil nasional harus secepatnya diwujudkan.Pemerintah pusat menunjuk PT. Timor Putra Nasional (PT. TPN) yang dimiliki oleh Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto untuk membuatnya. Mobil Timor pun secara resmi diluncurkan pada 8 Juli 1996 di Jakarta. Sebagaimana dilansir dari Republika.co.id, PT TPN akan membuat model mobil Kia Sephia versi Indonesia. Di tahun-tahun awal, mobil Timor dibuat sepenuhnya completely build up (CBU) di Korea Selatan, lalu diimpor secara utuh ke Indonesia. “Karena fasilitas perakitan yang belum siap, generasi pertama dari mobil nasional dibuat di Korea Selatan,” tulis Philippe Ries dikutip dari Asian Storm: The Economic Crisis Examined.
Untuk mendongkrak penjualan, mobil Timor mendapatkan hak istimewa berupa pembebasan pajak barang mewah yang membuat harganya lebih murah dari mobil lainnya. “PT Timor Putra Nasional mendapatkan hak istimewa yang luar biasa berupa pembebasan pajak barang mewah sebesar 60 persen,” tulis Philippe.
Harga mobil Timor atau KIA Sephia dibanderol hanya Rp37 juta on the road. Harga yang sangat murah dibandingkan dengan harga Toyota Starlet Rp48,4 juta, atau jauh terpaut dengan sedan Corolla Rp76,35 juta lansiran dari Toyota di masa itu.
Polemik merebak, Jepang, Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa memprotes kebijakan Soeharto ini dan membawanya ke sidang World Trade Organization (WTO). indonesia dianggap melanggar ketentuan General Agreements on Tariff and Trade (GATT) atau kaidah perdagangan bebas. Kebijakan Soeharto dianggap hanya me nguntungkan salah satu negara yaitu Korea Selatan. Pada 22 April 1998, Dispute Settlement Body WTO memutuskan bahwa program mobnas Indonesia melanggar asas perdagangan bebas. Keputusan itu hanya berselang sebulan sebelum Soeharto lengser pada 21 Mei 1998. Krisis ekonomi saat itu kemudian membuat nasib mobil Timor tak jelas lagi.
Mobil Timor yang saat itu aslinya full assembly oleh KIA akhirnya tumbang dan tak terdengar lagi.
Esemka, Pasang Surut Semangat Baru Mobil Nasional.
Awal Tahun 2012, Publik Indonesia disuguhkan femonena menarik ketika Jokowi, saat itu masih walikota solo, memutuskan akan menggunakan Mobil Esemka seri Rajawali sebagai mobil dinasnya. Esemka Rajawali yang dirakit oleh anak-anak SMK di kota Solo, akhirnya menjadi mobil dinas Jokowi saat itu sekaligus makin melambungkan nama Jokowi ke kancah politik nasional. Esemka lantas digadang-gadang bakal menjadi mobil nasional seiring melambungnya pamor Jokowi. Namun, setelah Jokowi hijrah ke ibu kota lantaran terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta hingga menjadi Presiden RI usai Pemilu 2014, gaung Esemka malah kian melemah.
Dikutip dari Tirto.id, Program teaching factory yang menghasilkan ide Esemka pertama kali tercetus pada 2007 oleh Direktorat Pembinaan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Untuk bidang otomotif, ditunjuklah 4 SMK di Jawa Tengah dan 1 SMK di Jawa Timur sebagai perintisnya, yakni SMKN 2 Surakarta, SMKN 5 Surakarta, SMK Warga Surakarta, SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang, dan SMKN 1 Singosari Malang. Dikutip dari laporan jurnalis Tirto.id Irwan Syambudi, tiga SMK di Solo berhasil merancang 5 unit dengan 2 jenis prototipe mobil. Sedangkan dua SMK lainnya juga membuat prototipe, namun tidak didaftarkan ke PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) yang didirikan pada 2010. Mobil buatan siswa SMK ini kemudian diuji kelayakannya di Jakarta pada 2010, namun tidak berhasil dan dinyatakan belum laik jalan. Dua tahun kemudian atau setelah diputuskan bahwa Esemka akan menjadi mobil dinas wali kota dan wakilnya di Solo, Jokowi meminta agar kendaraan itu kembali diujikan di Jakarta. Hasil pengujian pada 7 Februari 2012 itu kembali gagal. Kementerian Perhubungan kala itu menyebut mobil Esemka belum memenuhi batas emisi gas buang. Mobil Esemka diujikan lagi pada September 2012. Kali ini dinyatakan lulus uji. Meski sudah dinyatakan lolos uji, Proyek Esemka ini gaungnya tak terdengar lagi. Hingga pada tahun 2015 kemarin, muncul Esemka Bima 1.5 dan Bima 1.1, ada pula Esemka Surya, Esemka Digdaya, Esemka Patua, dan Esemka Borneo yang berjenis mobil double cabin, mini truck, serta mini bus, juga Esemka Zhangaro yang bertipe pikap niaga. Masih berupa prototype dan belum diproduksi secara massal.
Atas prestasi itu pula kemudian Proyek Esemka pun dilirik lagi, PT SMK lalu dihubungkan dengan PT Adiperkasa Citra Lestari (ACL) yang konon dipimpin Hendropriyono, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) yang disebut-sebut juga merupakan salah satu orang dekat presiden. Kedua perseroan itu membentuk PT Adiperkasa Citra Esemka Hero. Hasil Kolaborasi inilah yang kemudian mendirikan Pabrik di Desa Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali, lokasi yang sama dengan Launching Mobil Esemka pekan tanggal 6 September 2019. Tak lama di sosial media beredar foto foto mobil Esemka bima dengan Mobil changan yang mirip. Apa benar semacam itu ?
Tingkat Komponen
Dalam Negeri (TKDN) di proses Industri
TKDN
merupakan regulasi yang disiapkan oleh pemerintah untuk mendukung
gairah Industri di tanah air. Data dari Kemenperin Saat
ini, tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) komponen otomotif
rata-rata telah mencapai 85%. Mobil Esemka kemarin dalam rilis dan
pidtao resmi mengungkapkan bahwa komponen TKDN yang dipakai baru
mencapai 62 %. Dikutip dari Tempo, inilah
beberapa pihak yang terlibat dalam penyediaan komponen tersebut : PT
Cikarang Perkasa Manufacturing, PT Usra Tampi, dan PT Tokyo Radiator
Selamat Sempurna. Masih
menurut Tempo
dalam pemberitaan di Oktober 2018, Mobil Esemka, yang direncanakan
diproduksi dalam waktu dekat, bakal menggunakan komponen yang
didatangkan dari Cina. Sumber Tempo
yang mengetahui kegiatan pabrik Esemka di Kabupaten Boyolali, Jawa
Tengah, mengatakan pabrik Esemka hanya menjadi tempat perakitan
mobil. Komponen mobil didatangkan secara terurai atau completely
knock down
(CKD).
Sampai laporan ini ditulis belum ada dokumen resmi yang menjelaskan berapa komposisi sebenarnya TKDN yang digunakan dalam produksi mobil Esemka ini.
Pendahulu Esemka yang sudah tumbang
Sebagaimana sempat disinggung diatas, Esemka bukanlah yang pertama dalam cita cita mobil nasional. Seiring berjalannya waktu upaya pengembangan mobil nasional tersebut tumbang, selain Proyek mobil Timor inilah deretan mobil nasional yang pernah dirintis di negeri ini.
Bimantara,
Rival sekeluarga Timor
Bimantara merupakan proyek mobil yang dijalankan oleh Bambang Trihatmojo, bedanya kalau Timor menggunakan KIA maka Bimantara menggunakan Hyundai sebagai engine. Senada dengan yang dialami oleh Timor, mobil nasional bernama Bimanatara yang dikelola oleh Bambang Trihatmojo ini, juga ikut-ikutan bangkrut terkena bada krisis ekonomi dan lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan.
Sedan Beta 97 MPV buatan Grup Bakrie
Melalui Bakrie Brothers, Grup Bakrei berinisiatif menjalankan proyek mobil nasional pada tahun 1994. Dilansir dari finance.detik.com, rancangan yang diberi nama Beta 97 MPV itu, digarap secara khusus dengan mengandeng rumah desain Shado asal Inggris untuk menciptakan desain awal mobil ini. Hingga pada April 1995, purwarupa Beta 97 MPV pun telah selesai dan mulai diperlihatkan ke manajemen Bakrie dan berlanjut pada proses pengembangan sampai prototipe mobil ini selesai di tahun 1997. Sayang, saat akan diluncurkan pada bulan Desember 1997, Indonesia dihantam krisis yang akhirnya membuyarkan impian Grup Bakrie untuk melihat Beta 97 MPV di jalanan.
Maleo, inisiatif Habibie
Sebelum kemunculan Timor dan mobnas lainnya, IPTN ditunjuk secara khusus untuk mengembangkan mobil nasional yang memiliki ciri khas nusantara. Dilansir dari finance.detik.com, perusahaan pelat merah itu kemudian menggandeng Rover, Inggris dan Millard Design Australia. BJ Habibie yang kala itu menjabat sebagai Menristek, berhasil membuat 11 rancangan mobil hingga tahun 1997. Sayang, proyek besar itu akhirnya terhenti saat tumbangnya era Orde Baru di tangan gerakan reformasi. Maleo pun kini tak lebih dari onggokan sejarah yang hampir terlupakan
Perkasa Texmaco
Berbeda dengan mobnas lain yang berada di segmen kendaraan keluarga, truk Perkasa buatan PT. Wahana Perkasa Auto Jaya yang bernaung di bawah grup Texmaco. Dilansir dari imotorium.com, kendaraan ini mulai diproduksi pada tahun 1999 dan mulai memuat bus pada 2001. Sayang, keberadaannya tak sesukses yang dibayangkan. Dari sekian unit yang diproduksi, hanya lingkungan TNI dan beberapa perusahaan bus yang tertarik menggunakannya. Carut marut finansial dan konflik internal perushaan, membuat produksi Perkasa tersendat hingga akhirnya berhenti total.
Esemka menanggung beban sejarah, bukan hanya soal industri tapi juga beban politis, tak jarang pihak oposisi masih menjadikan mobil Esemka sebagai sasaran tembak, pembicaraan secara politis ini tak bisa dihindari, apalagi sampai saat ini, proses produksi Esemka masih cenderung keliatan tertutup, tidak ada website atau sarana komunikasi lain yang bisa dengan mudah diakses oleh publik hanya untuk sekedar menjalankan fungsi public relation atau memuaskan keingintahuan calon komsumen. Semoga Esemka bisa berumur lebih panjang