Demam permainan digital Pokemon Go telah menyebabkan para pemainnya berjalan-jalan di sekitar kota dan memerangi “monster kantong” pada telepon pintar mereka.
Permainan itu merupakan titik balik peningkatan realitas atau teknologi yang menumpang tindihkan pemandangan digital pada dunia nyata.
Tapi popularitas permainan itu telah menimbulkan dampak yang tidak diperkirakan sebelumnya dalam kehidupan sehari-hari mulai dari pemilik bangunan yang merasa terganggu dengangerombolan pemburu monster sampai pemilik toko yang menggunakan permainan itu untuk menarik konsumen.
Meskipun mungkin itulah yang sewajarnya akan terjadi akibat permainan di mana para pemainnya mengunjungi tempat-tempat penting di dunia seperti stasiun kereta api, gereja dan musium untuk menemukan dan memerangkap tokoh-tokoh kartun.
Sejak permainan itu diluncurkan hari Rabu (6/7) lalu, beberapa toko menjajaki cara untuk menggunakan Pokemon Go untuk meningkatkan bisnis mereka .
Café di Atlanta milik perusahaan iklan digital Huge ternyata hanya sekitar 30 kaki jauhnya dari “Pokestops” yaitu tempat nyata dimana para pemain bisa memperoleh perlengkapan digital.
Jadi toko itu mengeluarkan uang 40 dolar untuk menambah iming-iming digital bagi toko itu dan memperbaharuinya setiap 30 menit. Iming-iming itu meningkatkan kesempatan Pokemon langka yang bernama “Starmie” dan “Poliwag” muncul didekatnya sehingga menarik pemain ke kafé itu.
Di kota San Fransisco, California, pemain antusias yang bekerja di toko Kawika’s Ocean Beach Deli juga memberikan iming-iming dan menyebut toko itu sebagai “pos untuk mengecas baterai”. Pokemon Go dikenal sangat cepat menghabiskan baterai.
Di kota St Louis, polisi mengatakan perampok yang berada dekat kafe digital merampok pemain yang terlalu asyik pada permainan itu. Seorang laki-laki yang tinggal di bekas bangunan gereja mengatakan rumahnya kini juga menjadi Pokestop dan menarik para pemain Pokemon Go yang terkadang menghalangi halaman parkirnya dan mengganggu lalu lintas ketika mereka berhenti untuk mengamati telepon pintar mereka.
Pengelola kereta bawah tanah di New York memperingatkan orang agar tidak meloncat ke rel untuk mengejar “Rattatas”