Cakrapedia,-
Sebanyak 5 orang anggota Adventure & Rescue Team, Surveyor Indonesia, berhasil menapakkan kaki di Cartensz Pyramid, puncak tertinggi di Indonesia, Sabtu (7/5/2016). Cartensz Pyramid di Papua yg memiliki ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut, adalah salah sesuatu puncak yg masuk dalam daftar 7 puncak gunung tertinggi di dunia.
Kelima orang tersebut bukan pendaki profesional, melainkan para pekerja yg menduduki kepala bagian, kepala divisi, fungsional, dan seorang office boy di PT Surveyor Indonesia, yg melakukan ekspedisi buat kado ulang tahun ke-25 perusahaan mereka yg jatuh pada 1 Agutus. Ekspedisi dipandu oleh 4 orang pendaki dari Mapala UI.
Ekspedisi memakan waktu 16 hari perjalanan. Dimulai pada 28 April hingga 13 Mei 2016. Pendakian dipilih melewati Jalur Sugapa di Kabupaten Intan Jaya, Papua. Mereka memilih jalur tersebut karena yaitu rute yg biasa dilalui penyedia jasa pemandu pendakian Cartensz.
Trekking hari pertama dimulai dari Desa Swanggama pada 30 April melintasi medan hutan hujan basah dan sungai hingga hari kelima. ketika trekking hari kelima, tim sempat diterpa hujan es. Kondisi cuaca tersebut tetap memungkinkan mereka buat selalu melanjutkan perjalanan menuju Basecamp Lembah Danau-Danau.
Pada hari ketujuh, tim datang di Basecamp Lembah Danau-Danau dengan medan berupa batuan di ketinggian 4.200 meter di atas permukaan laut. Di lembah inilah tim melakukan aklimatisasi, penyesuaian fisiologis di ketinggian selama sesuatu hari, sekaligus persiapan bagi summit attack ke puncak Cartensz Pyramid.
“Rata-rata trekking 8 jam sehari dengan jarak tempuh 10-15 kilometer. Dari Desa Swanggama hingga Lembah Danau-Danau total jarak tempuh 65 kilometer,” kata Fitri Agungnugroho, Kepala Bagian Operasi PT Surveyor Indonesia, yg menjadi bagian dalam tim pendakian.
Pada hari kesembilan, merupakan pada Sabtu (7/5/2016) pukul 02.00 dini hari, tim memulai pemanjatan summit attack dan berhasil menginjakkan kaki dengan selamat di puncak Cartensz Pyramid pukul 13.00 WIT.
“Padahal sebelum trekking ke puncak, malamnya pukul 19.00 basecamp kena hujan deras, tetapi menjelang dini hari pukul 01.00 tiba-tiba angin kencang, dan langit cerah, kamipun dapat mendaki ke puncak,” terang Fitri.
Terwujud
Ekspedisi sudah dipersiapkan selama sesuatu tahun. Lima orang yg mendaki, dipilih secara alami dalam berbagai kegiatan di klub Adventure & Rescue Team.
Latihan fisik menjadi bagian yg wajib, dan semakin rutin dikerjakan ketika bulan-bulan terakhir menjelang keberangkatan. “Hampir tiap hari latihan fisik di Gelora Bung Karno dan di (sekretariat) Mapala UI,” kata Fitri.
Ada pengalaman yg menurutnya mampu dipetik dari ekspedisi ini. Dia dan timnya bukanlah pendaki profesional, tetapi tekad dan semangat menyakinkan mereka bahwa tak ada yg tak mungkin dilakukan.
“Kami milik mimpi dan cita-cita, ternyata kalau berusaha, tak ada yg tak mungkin. Pendakian ini juga sekaligus membangun motivasi kami, kita percaya bisa, dan ternyata terwujud,” ujarnya.
Porter
Tim juga dapat belajar dari karakter penduduk lokal. Meskipun di tiap perhentian atau desa mereka dipalang dan dimintai banyak uang, tetapi tim telah siap, dan Fitri mampu memakluminya karena adanya rentang dan kacamata budaya yg berbeda antara tim dengan penduduk lokal.
Paling utama dalam pendakian ke Cartensz ini menurutnya ada pada peran pemandu pendakian. Merekalah yg harus tahu betul karakter penduduk lokal.
“Kesulitan pasti ada, tetapi di pendakian ini kalian enjoy. Intinya, salah sesuatu yg paling utama ada di sisi guide yg hapal dengan perilaku porter,” ujarnya.
Justru, para porter di pendakian Cartensz menurut Fitri adalah orang-orang yg rajin, milik fisik kuat, handal, dan pekerja keras.
“Saat trekking mau menyeberang sungai airnya deras, jembatan hilang karena banjir. Mereka tanpa banyak bicara dan diskusi bergerak cepat membuat jembatan,” ujarnya.
Sumber: http://travel.kompas.com