by : @ikhsanModjo
Menemani Jumat malam saya mau twit sedikit tanggapan soal masukkan yang diberikan @BankDunia ke Presiden @Jokowi belum lama ini.
Intisari masukkan Bank Dunia bisa didapatkan di presentasi ini.
#ResesiGlobal
Pesan
dan kesimpulannya yang diberikan dari presentasi ini menurut saya sangat
serius dan harus diperhatikan secara seksama bahwa: resesi global akan
segera tiba dan Indonesia akan terdampak sangat kuat.
#ResesiGlobal
Kenapa #ResesiGlobal disebut @BankDunia
akan berdampak sangat kuat di Indonesia? 1. Karena akan menekan tingkat
pertumbuhan Indonesia hingga sekitar 1/3; 2. Akan menyebabkan arus
modal ke luar (outflow) dalam jumlah jauh lebih besar ketimbang krisis
2008.
Dan
alasan 3) karena ada masalah kronis di defisit transaksi berjalan
Indonesia, yang akan diamplifikasi dampaknya oleh resesi global yg
pemicunya perang dagang AS dan China.
Dari pengolahan data yg saya lakukan memang fenomena yg disebut @BankDunia
jelas terlihat. Defisit transaksi berjalan (CAD) Indonesia gopoh dan
tidak pernah bangkit lagi sejak 2008 sampai saat ini. Sebab utamanya
harga komoditas ekspor kita yg terus tertekan.
Celakanya di tengah ancaman ini. Alternatif kebijakan fiskal-moneter yang dimiliki pemerintah, menurut @BankDunia, tidaklah banyak. Penerintah tidak memiliki ruang fiskal yg besar karena defisit APBN masih jadi masalah, serta…
pemberian stimulus fiskal yg terlalu besar juga akan menyebabkan terganggunya kredibilitas pengelolaan fiskal oleh @KemenkeuRI yg dewasa ini sudah jauh lebih baik.
Salah satunya bisa disimak dari semakin mengecilnya defisit keseimbangan primer di ilustrasi di bawah.
Saat sama, masih menurut @BankDunia kemungkinan mendongkrak investasi asing yg selama ini jadi motor pertumbuhan nasional agak sulit, walau tidak mustahil, karena: a.) ketatnya likuiditas di tingkat global dan kecenderungan flight to safety. b.) tidak… b.) tidak menariknya prospek dan prosedur investasi yg ada ketimbang negara kompetitor Indonesia akibat birokrasi dan perijinan yg berbelit serta ketidaksinkronan aturan yg ada.
@Jokowi
Ini salah satu slide dari laporan @BankDunia tsb – FDI is not coming to Indonesia
Lalu bagaimana jalan ke luar dari ancaman ini?
@BankDunia
menawarkan reformasi besar-besaran di sektor riil. Ada beberapa uraian
yg menarik tentang sektor industri, perdagangan dan keuangan yg diulas
dgn sangat baik di dalamnya.
Semua masukkan @BankDunia ini tentu baik adanya dan disajikan dgn data-data pendukung yg diambil dari penelitian empirik.
Hanya saja, dalam hemat saya, kelemahan hanya satu:
bahwa rekomendasi kebijakan reformasi sektor riil yg diberikan adalah bersifat JANGKA PANJANG-menengah.
Padahal di sisi lain, dampak resesi ini disebut-sebut akan terjadi dalam 3-6 bulan ke depan.
Sebut saja misalnya pembenahan compang camping regulasi yg jumlahnya ada
6.300 lebih, ada bisa dilakukan dalam waktu singkat, apalagi dalam
kondisi kabinet transisi saat ini.
Lalu apa masukkan 2 sen yg bisa saya berikan kalau demikian?
Saya akan mulai dari dari sini. Bahwa rekomendasi @BankDunia didasari premis bahwa antisipasi resesi harus ditanggani dgn lebih menggalakkan investasi (FDI).
Padahal
selain butuh usaha jangka panjang, seperti twit sebelumnya, akar dari
permasalahan kita sebenarnya ada di defisit transaksi berjalan.
Hingga dalam hemat saya, dari sinilah kita harus memulai mengatasinya.
Dalam hal ini, solusi cepat yg disediakan textbook adalah:
1. konsolidasi fiskal, atau pengurangan rencana defisit anggaran dan akumulasi utang (terutama yg didenominasi valas);
2. Depresiasi rupiah untuk naikkan daya saing produk ekspor Indonesia.
@Jokowi
@KemenkeuRI
Tentu di saat sama reformasi kebijakan harus dilakukan dan tidak hanya mengharapkan akrobat kebijakan fiskal-moneter.
Masalahnya dan pertanyaannya kebijakan ini tentu ada tradeoffnya. Yang
mungkin selama ini dihindari karena political cost yg tinggi.
Tapi dengan mandat baru bahi presiden @jokowi
dan jajaran baru di kementerian dengan semangat barunya. Saya yakin
antisipasi dan berbagai langkah kebijakan yg perlu bisa diambil.
#Sekian